SederhanaTapi Meriah Begini Indahnya Lebaran Zaman Dulu Citizen6 Inilah 3 Perbedaan Lebaran Jaman Dulu Dan Jaman Sekarang 15 Potret Jadul Suasana Idul Fitri. ucapan lebaran jaman dulu . 5 Kebiasaan Lebaran Jaman Dulu Ini Cuma Tinggal Kenangan Ada Yang.
. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hari Raya AidilFitri atau yang biasa kami sebut Lebaran telah lewat. Namun gema-gema takbir yang berkumandang masih terngiang dengan jelas dalam gendang telinga. Rasa-rasanya momen lebaran akan teringat selalu dan menjadi kenangan yang indah. Tak terkecuali tradisi Lebaran. Setiap orang punya tradisi Lebaran masing-masing, menurut adat-istiadat setempat, atau kebiasaan masyarakat. Salah satunya adalah tradisi hantar-menghantarkan rantang jelang Lebaran, atau biasa disebut dengan tradisi rantang didaerah asal ingat kah kawan sekalian dengan rantang? Ya rantang, yang biasanya terdiri dari empat mangkuk-an, disusun rapi ketas. Warnanya kebanyakan berwarna silver polos, ada juga dengan ornamen bunga-bungaan yang dibuat timbul keluar maupun tidak, dan ada juga yang bercorak seperti baju tentara atau loreng-loreng. Kuno ya terlihatnya, dan terkesan tidak elite, tidak punya prestice sama sekali. Saya tidak tahu, apakah kawan sekalian punya perabot ini, atau tidak dirumah, sebagai barang koleksi, atau pajangan yang sewaktu-waktu bisa dipergunakan untuk keperluan tertentu. Yang pasti dijaman itu, tahun 1990-an orang-orang didesa saya gemar membeli perabot rumahtangga yang satu ini. Setiap rumah pasti memlikinya. Hal ini tak lain, tak bukan, karena kegunaan rantang yang sangat membantu dan bermanfaat. Tidak hanya sebagai wadah untuk menghantarkan makanan siang keladang dan sawah, tapi juga untuk kegunaan lainnya, yaitu sebagai wadah untuk menghantarkan hantaran jelang seorang kenalan di Singapura memesan makanan dan dihantarkan dengan rantang berwarna silver polos, ingatan saya langsung tertuju pada tradisi rantang didaerah asal. Itu benar-benar merupakan suatu tradisi yang begitu kental dan terus terekam dalam otak saya hingga saat ini. Disadari atau tidak, dijaman itu, saling hantar-menghantarkan makanan khas ini sangat ditunggu-tunggu oleh warga desa. Momen-nya benar-benar dinantikan setiap menjelang bulan puasa. Rasa-rasanya lega sekali bila suatu keluarga telah melakukan kegiatan ini, serasa tidak ada beban lagi. Tak harus makanan berlabel mewah, namun sesederhana mungkin, semampunya, seberapa besar anggaran yang dimiliki oleh warga untuk membuat hantaran rantang itu tradisi rantang Lebaran? Saya tidak tahu apakah kawan sekalian punya tradisi Lebaran yang satu ini, atau tidak, dalam menyambut Hari Raya AidilFitri/ Lebaran. Ditempat kami daerah asal saya tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat setempat, guna menyambut/ menandakan Lebaran akan segera tiba. Biasanya, dilakukan jelang akhir bulan puasa, yaitu satu minggu sebelum hari raya tiba. Jadi, menginjak minggu keempat dibulan Ramadhan, orang silih-berganti saling hantar-menghantarkan rantang kepada kerabat dan tetangga sekitar. Unik ya...sayapun mengatakan ini tradisi unik dan sangat apakah rantang-rantang itu dihantarkan dalam keadaan kosong sebagai hadiah Lebaran, atau kah ada isi didalamnya? Tentu saja, didalam rantang itu ada isinya. Yang dihantarkan pada kerabat dan juga tetangga adalah isi didalam rantang tersebut bukan rantangnya sebagai hadiah Lebaran. Kira-kira apa ya isi dari rantang-rantang tersebut? Isinya adalah nasi, daging ayam dimasak santan kadang ada beberapa orang memasak daging ayam dengan cara dikecap, sambel goreng tempe dan tahu bila punya anggaran lebih bisa ditambahkan dengan kentang, hati ayam, dan petai, mie telor/ bihun goreng, telur rebus satu/ dua biji jika ingin diberi telur dengan anggran lebih, terakhir kerupuk unyil. Wuah...mantap kan isinya??...Sangat menggugah selera makan. Bisa dimakan saat buka puasa dan sahur. Terlebih lagi bila dalam satu hari kita mendapatkan dua sampai tiga hantaran rantang!!Penyusunan makanan didalam rantang tersebut dibuat berurutan, mangkuk rantang paling bawah disi degan nasi, mangkuk rantang selanjutnya diisi dengan masakan daging ayam, keatas lagi bisa diisi dengan mie/ bihun goreng, sambal goreng, telur rebus pilih salah satunya atau semuanya, mangkuk rantang paling atas diisi dengan kerupuk unyil. Masing-masing dari urut-urutan peletakan makanan itu selalu sama dan tak pernah berubah. Setiap rantang pasti memiliki urutan makanan yang sama. Karena rasa-rasanya tidak etis bukan...bila nasi diletakkan pada bagian atas rantang, sementara kerupuk yang memiliki berat paling ringan diletakkan diurutan paling nih, penerima hantaran rantang harus segera memindahkan isi didalam rantang untuk kemudian memberikan kembali rantang tersebut pada pengirim rantang diwaktu bersamaan. Jadi, sewaktu ada orang yang mengirimi kita rantang Lebaran, kita harus segera memindahkan nasi beserta lauk-pauknya kepiring kita sendiri. Selanjutnya, kita berikan kembali rantang tersebut. Karena diluar rumah ada yang menunggunya. Kalau jaman dulu, sewaktu saya kecil, biasanya anak-anak kebagian menghantarkan rantang. Dulu sayapun selalu kebagian tugas untuk menghantarkan rantang Lebaran pada kerabat dan tetangga sekitar. Sering sekali sampai harus memanggil kawan-kawan sepermainan saya untuk membantu menghantarkan rantang-rantang itu. Sementara orang dewasa, seperti ibu dibantu oleh kakak sepupu berbagi tugas untuk masak-masak didapur dari pagi sampai lewat tengah hari. Maklumlah...keluarga kami saat itu biasanya memasak hantaran rantang dalam jumlah lumayan banyak, bisa untuk kenduri 60 lumayan besar untuk melakukan tradisi rantang Lebaran tersebut. Tetapi seperti yang sudah saya bilang diatas, tradisi ini bisa dilakukan dengan cara sederhana, semampunya saja. Tetangga satu RT rukun tetangga saja sudah banyak jumlahnya, apalagi bila ditambah dengan kerabat, serta kenalan-kenalan lain diluar RT. Oleh karenanya, tidak semua orang melakukan tradisi ini. Hanya mereka yang merasa punya anggaran saja yang melakukannya. Bila seseorang benar-benar tidak mampu, untuk biaya makan sehari-hari saja sulit, maka merekalah yang akan mendapat hantaran rantang, dan tentu saja menjadi prioritas. Tetapi ada juga orang-orang yang membuat hantaran rantang hanya untuk tetangga kanan-kiri saja, sehingga biayanya tidaklah besar. Karena untuk masak daging, biasanya warga desa tidak membeli daging ayam, namun menyembelih ayam peliharaan sendiri. Bila hanya punya peliharaan bebek, maka bebek itulah yang disembelih untuk dimasak. Terlebih lagi disaat itu, masih banyak warga desa yang memiliki beras hasil panen sendiri. Jadi, untuk masalah biaya, tradisi hantaran rantang Lebaran tidak terasa memberatkan warga, malah mereka begitu demi tahun tradisi itu mulai memudar, dan benar-benar menghilang untuk saat ini. Saya sendiri tidak tahu kapan persisnya. Dari keluarga kami sendiri, memang sengaja menghentikan tradisi rantang Lebaran ini. Pertimbangan akan biaya menjadi kendala. Maklum...setelah keluarga kami berada pada titik nol ditahun 1995, jangankan membuat hantaran rantang untuk tetangga kanan-kiri, barang untuk makan sehari-hari saja kami kesusahan. Sekali waktu setiap jelang Lebaran, keluarga kami masih mendapat rantang Lebaran. Namun lama-kelamaan tidak ada yang menghantarkan rantang Lebaran lagi. Orang-orang sekitarpun sudah mulai enggan melakukan tradisi ini. Entah mengapa, namun pada akhirnya saya mulai mengerti, tradisi itu sudah berganti dengan tradisi menghantarkan sebotol sirup dan kue itupun hanya untuk kerabat dekat saja.Mengapa tradisi rantang Lebaran menghilang dan berganti dengan tradisi menghantarkan sirup dan kue? Dari pengamatan saya pribadi, warga/ masyarakat sudah tidak tertarik lagi dengan “berepot ria” memasak hantaran rantang Lebaran untuk tetangga dan kerabat. Kuno, hanya itu kata yang pas menggambarkannya. Rantangnya saja sudah tak diminati untuk dibeli dan menjadi salah satu perabot rumahtangga. Jangankan membeli, bahkan dipasarpun sudah sulit untuk menemukan penjual rantang, malah sudah tidak ada. Lho, kenapa tidak tertarik lagi untuk menjalankan tradisi ini? Setahu saya, menginjak tahun 2000-an, didaerah asal saya, setiap jelang lebaran, disetiap rumah kesibukannya sudah berubah. Yang tadinya sibuk mempersiapkan/ membuat hantaran rantang dihari tertentu, kini menjadi kesibukan membuat kue-kue Lebaran sepanjang Ramadhan. Ya...euforia membuat kue Lebaran sendiri sedang menjadi tren dan digandrungi masyarakat disana, hingga saat tidak heran, tradisi rantang Lebaran hilang bak ditelan bumi. Berganti dengan hantaran kue serta sirup, yang katanya lebih praktis. Akhirnya, menumpuklah berbotol-botol sirup dirumah keluarga kami, entah diberi kerabat, tetangga, maupun tempat ayah bekerja. Saya ingat betul satu hal, karena diminta untuk menghabiskan sirup-sirup yang ada dirumah tidak ada yang doyan sirup rasa jeruk itu kecuali saya, saya ini selalu diare tiap Lebaran! Lho..lebih berkesan rantang lebaran kan...saya sendiri merasakan itu. Meski tidak suka daging ayam, saya suka dengan sambal goreng, mie goreng, dan kerupuknya. Karena tidak semua orang suka dengan minuman sirup, dan juga kue-kue. Contohnya saya, maaf ya dengan jujur saya katakan kalau saya termasuk orang yang tidak begitu suka dengan kue-kue Lebaran ya mungkin karena bosan, dimana-mana kuenya sama, apalagi dulu itu tiap jelang Lebaran selalu membantu seorang tetangga membuat pesanan kue-kue Lebaran. Ya maklum juga...lidah saya ini sukanya singkong goreng, kelanting, kripik singkong, keripik pisang...Setiap Lebaran, berkunjung kerumah saudara/ tetangga, yang saya cari dimeja adalah kripik singkong, atau kelanting saya berusaha untuk menghidupkan kembali tradisi rantang ini, namun ditolak oleh ibu saya. Ibu saya lebih suka mengocok telur beserta gula pasir untuk kemudian dibuat kue, dan dibagikan pada kerabat. Sering saya ini merasa sedih, kangen dengan masa-masa itu, dimana warga saling kunjung-mengunjungi seminggu sebelum hari raya, hanya untuk sekedar bersilaturahmi dengan mengantarkan makanan hasil masakan sendiri dengan wadah rantang. Meskipun yang datang hanya anak tetangga yang sedang masak-masak untuk hantaran, buat saya, itu adalah kenangan indah didaerah asal dimana warganya terlihat rukun dan damai. Bahkan warga non-muslimpun bisa ikut serta dalam tradisi ini. Indah bukan...Maknanya tidak hanya sekedar makanan yang kita hantarkan, tapi rasa persaudaraan begitu kental, mengajarkan untuk berbagi pada mereka yang tidak mampu meski kita hanya bisa memberi nasi dan lauk-pauk seadanya kita punya. Dan juga sebagai ucapan syukur pada Sang Pencipta atas berkah yang diberikan. Luar biasa maknanya...Saya tidak tahu, apakah masyarakat disana daerah asal saat ini merasa kehilangan tradisi ini atau tidak, atau bahkan sudah lupa sama sekali. Dilupakan seperti rantang-rantang itu, yang dianggap kuno dan banyak dibuang oleh pemiliknya. Rantang itu kuno...tradisi hantaran rantang Lebaran juga kuno....! Yang pasti, dalam diri saya pribadi, saya ingin sekali menghidupkan tradisi ini, minimalnya dalam kehidupan saya dan suami tercinta. Meskipun belum terwujud hingga saat ini, dikarenakan setiap lebaran tidak berada ditempat “riwa-riwi”. Tapi, bila nanti disuatu lebaran bila diberi umur panjang kami berada ditempat tidak pergi kemana-mana, saya pasti akan memasak untuk tradisi rantang Lebaran. Lihat Sosbud Selengkapnya
Siapa dari kita yang kangen rumah nenek? ya rumah yang dulu selalu ramai berkumpul saat lebaran sekarang sudah tidak lagi ada. Ketika kakek, nenek, orang tua mulai meninggalkan kita, rasanya lebaran kurang terasa yang sekarang sudah mulai menginjak usia 30 tahun lebih pasti merasakan perbedaan suasana lebaran dulu dan sekarang. Apalagi semenjak 2 tahun pandemi melanda, rasanya semakin memang zamannya sudah berbeda? kalau pengalaman dari saya yang jelas tarasa karena kakek nenek sudah tiada. Doa untuk mereka semoga tenang di sisi Ide Jajanan Lebaran Anti MaenstreamMomen Lebaran Jaman Dulu yang Bikin Rindu1. Ramai mudik ke rumah nenekSaat ramadhan tinggal seminggu terakhir, nuansa hari raya sudah mulai terasa. Momen indah berkumpul bersama keluarga besar orang tua kita berkumpul, pakde, bude, kakak adek sepupu ramai di rumah saat kakek dan nenek sudah tiada, rasanya sulit untuk berkumpul seperti dulu lagi. Datang berkumpul ke rumah pakde paling tua saja enggan rasanya. Mungkin karena kesibukan masing-masing, bersyukur jika masih ada keluarga yang ramai kumpul bersama di saat Masakan kas kampungNenek dan orang tua sudah mulai sibuk masak-masak sejak 2 hari sebelum lebaran. Dimakan bersama-sama pada saat ngumpul mendekati hari raya, masakan biasanya juga dibagi-bagikan ke tetangga. Di rumah orang tua biasanya masak-masak, apalagi jika anak-anak berkumpul pada mudik jadi momen makan bersama yang terjadi setahun lebih mudah jajan daripada masak, jika tidak ada nenek atau ibu mungkin budaya masak-masak opor sudah mulai Membeli baju baruDulu menjelang lebaran sekeluarga pergi ke pasar atau ke toko untuk membeli baju baru. Rasanya aku rindu sekali jaman-jaman ayah membelikan baju setiap kali ayah sudah berpulang, aku dan saudara sudah dewasa, tidak ada lagi momen serunya belanja ke toko membeli baju baru. Betapa ramai pasar waktu mendekati hari raya, penjual baju ramai diserbu ada pilihan belanja secara online, keramaian belanja di toko langsung menjadi berkurang. Banyak toko baju mulai tutup pindah jualan Takbiran sampai pagiHal paling menyenangkan ketika mudik dan berkumpul di rumah nenek adalah suasana masjid yang hidup. Gema takbir berbunyi dari malam hingga pagi, mulai dari anak kecil hingga dewasa meramaikannya di masakan nenek dan makanan ringan juga sering disedekahkan di masjid untuk sekarang yang semakin modern, apalagi di daerah perkotaan nuansa takbiran tidak akan seindah di kampung Silaturahmi kelilingDulu ketika masih banyak orang tua yang masih hidup, saat lebaran para remaja dan anak-anak ramai bersilaturahmi ke rumah-rumah tetangga, saudara yang dianggap lebih pandemi budaya silaturahmi mulai hilang, dan sekarang ini jadi keterusan banyak yang malas untuk keliling, lebih suka duduk santai di rumah bersama banyak yang pada saat hari Raya pergi ke wisata daripada pergi silaturahmi ke rumah saudara.
Kalau kamu orang Jawa, pastilah tahu tentang lebaran ketupat. Selain merayakan hari pertama lebaran, masyarakat Jawa seminggu kemudian juga merayakan lebaran ketupat. Jadi, pada saat hari pertama idul fitri masyarakat Jawa tidak membuat ketupat, tapi baru seminggu kemudian. Memang bukan tidak dilarang, tapi kebiasaannya begitu. Tradisi ini turun temurun di jaga sampai sekarang. Bahkan ada ritual khusus sebelum merayakan lebaran ketupat yang melibatkan perangkat desa atau orang-orang penting dalam pemerintahan. filosofi kupat lepet, foto Makna tradisi lebaran sangat dalam bagi masyarakat Jawa serta mengandung filosofi kehidupan tersendiri. Tujuannya sebenarnya sama dengan melaksanakan hari raya idul fitri yakni saling memaafkan serta bersilaturahmi yang biasa disebut Halal Bihalal. Makna Dari Lebaran Ketupat❤️ Sejarah Makna dan Filosofi Ketupat dalam Tradisi Lebaran, foto Tradisi lebaran ketupat ini dilaksanakan pada hari ke-7 pada bulan syawal yang juga dikenal sebagai hari raya kecil. Mengapa disebut demikian, karena pelaksanaannya setelah melakukan puasa syawal 6 hari. Sebagaimana sunnah rasul, setelah merayakan Idul fitri, satu hari setelahnya disunahkan berpuasa sampai 6 hari. Sehingga, pada hari ke-7 itu disebut dengan hari raya kecil atau lebaran ketupat. Lebaran berasal dari istilah Jawa yakni Lebar artinya selesai atau sudah berlalu. Maksudnya, lebar adalah telah berlalunya bulan ramadhan atau selesainya pelaksanaan puasa wajib sampai tibalah bulan syawal. Awal bulan syawal itulah pelaksanaan hari raya idul fitri. Lebaran Ketupat di Gorontalo, foto Kalau orang Jawa menyebutnya dengan Bodho atau Riyaya. Riyaya adalah singkatan dari kata hari raya. Sedangkan bodho dari istilah arab yakni ba’da yang artinya selesai. Jadi Bodho atau Riyaya sama artinya. Sementara makna ketupat adalah sajian khas Asia Tenggara yang terbuat dari beras, lalu dibungkus dengan janur atau daun kelapa berbentuk anyaman. Masyarakat Jawa sering menyebut ketupat dengan kupat. Terdapat dua bentuk ketupat yaitu jajaran genjang dan kepal umumnya, masing-masing mempunyai alur anyaman berbeda. Janur pembuat ketupat dipilih yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Negara tetangga seperti Brunei, Singapura serta Malaysia juga tahu tentang ketupat. Ketupat disajikan bersama opor ayam, sambal goreng, rendang dan beberapa masakan-masakan yang mengandung santan sesuai khas daerah masing-masing. Sejarah Tradisi❤️ tradisi lebaran ketupat, foto Asal muasal lebaran ketupat atau kupatan atau syawalan atau bodho kupat di Jawa ini sejak jaman pemerintahan Sultan Paku Boewono IV. Dilaksanakan pada hari ke-7 bulan syawal. Di lebaran ketupat inilah masyarakat Jawa membuat ketupat, opor serta hidangan khas lebaran lainnya. Selain ada ketupat, ada juga lepet yang terbuat dari ketan dan parutan kelapa. Selain untuk dimakan sendiri, sajian itu juga sebagai hidangan penyambutan tamu yang ingin melakukan halal bi halal di rumah kita. Sebelum memulai kegiatan, di pagi harinya setelah subuh ada upacara sedekah laut seperti larung kepala kerbau. Upacara tersebut mungkin berbeda pada setiap daerah. Upacara larung ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur karena Tuhan sudah memberikan rejeki kepada masyarakat dari lautnya. Lebaran Ketupat Durenan, foto Upacara tersebut diikuti oleh warga terutama para nelayan yang bekerja mencari hasil laut. Selanjutnya semua orang kembali ke rumah masing-masing. Setelah itu, mushola di daerah sekitar juga mengadakan shodakohan. Semua warga sekitar mushola boleh membawa makanan atau minuman, lalu dibacakan doa dan tahlil bersama. Setelah itu, dimakan bersama-sama. Kegiatan yang dilakukan saat lebaran ketupat di Jawa adalah silaturahmi atau berkunjung ke sanak saudara. Setelah meminta maaf dan bersilaturahmi, biasanya dilanjutkan dengan berwisata. Bisa berwisata ke destinasi dalam kota ataupun luar kota. Umumnya pergi ke daerah seperti pantai. Semua masyarakat Jawa sangat antusias merayakan lebaran ketupat ini. Olahan Masakan dengan Ketupat, foto Bahkan tempat-tempat wisata dipadati oleh pengunjung dari pagi sampai sore hari. Perayaan hari raya kecil meriah sekali, disambut penuh kegirangan oleh masyarakat Jawa baik anak-anak sampai orang dewasa. Filosofis Lebaran Ketupat❤️ Selain Sultan Paku Boewono IV, tokoh yang populer dalam mengenalkan budaya ini adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga merupakan tokoh yang pertama kali memperkenalkan ketupat. Ketupat atau kupat berasal dari singkatan kata ngaku lepat, artinya mengakui kesalaha. Tradisi Membuat Ketupat, foto Sesama muslim sebaiknya mau mengakui kesalahan, saliang memafkan serta melupakan semua kesalahan dengan bersama-sama menyantap ketupat. Karena itulah mengapa ketupat dipilih sebagai sajian pada waktu idul fitri. Makan ketupat merupakan sarana mencairkan suasana, sehingga bisa melupakan semua kesalahan dan damailah sesama muslim. Sebenarnya masih banyak filosofi mengenai ketupat ini. Bungkus kupat yang terbuat dari janur kuning merupakan lambang penolak balak. Janur berarti sejatine nur cahaya menyimbolkan bahwa pada hari memakan ketupat kondisi manusia telah kembali dalam keadaan suci setelah memperoleh pencerahan selama ramadhan. Sementara bentuk segi empatnya, menyiratkan prinsip dari kiblat papat lima pancer berarti bahwa kemanapun manusia pergi, pasti nantinya kembali menuju Allah. Kiblat papat lima pancer juga menggambarkan 4 macam nafsu dunia. Persiapan Lebaran Ketupat, foto 4 Macam nafsu tersebut adalah nafsu emosional, nafsu untuk memuaskan rasa lapar aluamah, nafsu dalam memiliki sesuatu yang indah supiah dan nafsu memaksa diri mutmainah. Keempat nafsu tersebut telah berhasil kita takhlukkan selama berpuasa ramadhan. Sedangkan anyaman ketupat, menyiratkan kesalahan-kesalahan manusia. Warna putihnya juga mencerminkan kebersihan dan kesucian yang akan diraih setelah memohon maaf. Beras sebagai isi ketupat melambangkan kemakmuran setelah hari raya idul fitri. Tradisi Grebeg Kupat, foto Tak hanya itu, kupat disajikan bersama opor ayam beserta sambal goreng. Makna dari opor ayam yang terbuat dari santan juga mempunyai arti tersendiri. Santan dalam bahasa Jawa disebut santen memiliki arti pangapunten atau memohon maaf. Sekarang kamu sudah tahukan tentang lebaran ketupat di Jawa. Tentu takkan penasaran lagi.
- Lebaran tentu menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu bagi umat Islam di Indonesia. Tak cuma dimanfaatkan untuk saling bermaaf-maafan, momen lebaran biasanya akan dijadikan ajang untuk bersilahturahmi mengunjungi keluarga di kampung halaman. Di Indonesia sendiri momen lebaran sudah dirayakan sejak zaman kolonial Belanda. Hal tersebut terungkap dari foto-foto langka di berbagai daerah yang rangkum dari berbagai sumber di bawah ini. 1. Beberapa orang tampak meramaikan suasana lebaran di rumah Bupati Bandung, tahun 1932. -foto spaarnestadphoto 2. Anak-anak turun ke lapangan dengan baju cerah saat perayan lebaran di Garut, tahun 1935. -foto kitlv 3. Masih di Garut, sejumlah pria mengenakan kopiah saat suasana lebaran yang jatuh di akhir tahun 1935. -foto kitlv 4. Potret salat Idul Fitri di sebuah lapangan di Bangkinang, Kampar, Riau sekitar tahun 1930. -foto tropenmuseum 5. Sejumlah orang merayakan hari raya lebaran dengan menabuh rebana di Muara Manderas, Jambi, sekitar tahun 1912. -foto tropenmuseum 6. Beberapa orang menikmati hari lebaran di Pantai Pangandaran, tahun 1929. -foto tropenmuseum 7. Berfoto bersama di malam hari, menandai masuknya bulan Syawal di Lebong, Bengkulu, tahun 1936. -foto tropenmuseum 8. Berfoto studio menyambut hari raya Idul Fitri, di Kota Palembang, yang jatuh pada tanggal 17 Juni 1920. -foto tropenmuseum 9. Tradisi melepas balon udara dan memotong lupis raksasa di Kota Pekalongan 7 hari setelah Lebaran. -foto brl/nng Recommended By Editor 10 Potret kepala daerah di era kolonial ini epik banget 10 Foto ini menakjubkan, kamu pasti nggak nyangka apa yang dijepret 10 Foto before vs after editan master Photoshop, beda sama aslinya 5 Foto ini akan ajarkan kamu arti kebahagiaan yang sesungguhnya F60 Countryman, tenda komplet buat kamu yang pengen camping mewah
lebaran jaman dulu dan sekarang